CARI BAHAN

Friday, June 23, 2023

Daging ulama adalah beracun

Catatan marah buat Tok Guru Jadian.

Beberapa hari ini ada seorang Tok Guru Jadian memperlecehkan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi. Selain mempertikaikan fatwa-fatwanya, dia mengatakan kembang tengkok bila dengar nama Dr. Yusuf Al-Qaradhawi.

Saya tak heran kalau ada orang merasa kembang tengkok bila dengar nama Dr. Yusuf Al-Qaradhawi. Memang begitu rasanya kalau makan daging orang mati. Lebih-lebih lagi kalau daging itu daging ulama. Daging ulama itu beracun. Makan daging beracun manakan tidak kembang tengkok?

Demikian disebutkan dalam satu ibarat yang masyhur dan sandarannya kepada kata-kata seorang ulama yang bernama Al-Hafiz Abu Al-Qasim Ali bin Al-Hasan Hibbatullah Ibn Asakir Ad-Damsyiqi.

لحوم العلماء مسمومة
"Daging-daging para ulama adalah beracun"

Terlebih parah lagi kalau ulama itu telah meninggal dunia. Cacian dan nista kepadanya tidak lagi dapat dijawab balas olehnya. Selain sang penista menanggung akibat kemuflisan, dia akan mendapat fitnah dawair. Kita telah saksikan banyak contoh para penista ulama mendapat akibatnya. Ada orang, lidahnya banyak mencemuh Ibn Taimiyyah yang keulamaanya diakui oleh ramai tokoh ulama baik masa lalu maupun masa kini. Khazanah peninggalannya dalam dunia ilmu tidak terhitung keluasan manfatnya. Lalu, sang pencemuh itu kemduiannya melahirkan anak yang dicemuh dan buruk akhlaknya. Betapa besar kedudukannya dalam masyarakat, kemuliaannya direnggut hilang oleh sikapnya. 

Justeru, awaslah! Jangan makan daging beracun. Daging ulama sangat beracun. Ulama itu bukan lebai dan bukan ustaz kecil-kecilan. Ulama itu nama besar dalam dunia ilmu. Bukan, asal jadi penceramah lalu disebut ulama. Bukan jadi da'i, pencetus ummah, disebut orang Tok Guru, maka diangkap sebagai ulama.Bahkan. menjawat jawatan mufti belum tentu layak disebut ulama. Ulama bukan lebel semurah itu. Jadi ulama meletakkannya sebagi PANUTAN UMMAT.

Kau makan daging babi lagi selamat dari kau makan daging ulama. Kau makan daging babi, itu dosa, tapi kalau dalam keadaan darurat, tidak menjadi dosa. Namun, makan daging orang, apalagi ulama tidak pernah menjadi halal.

Keilmuan hanya pada tahap ruwaibidhah tapi mengaku sebagai Tok Guru. Mengaku mengaji kitab dari kulit ke kulit. Apa nak hebat kalau hanya buka kulit depan dan kemudian kulit belakang! Isi Kitab satu pun tak hadam. Tak terjelma dalam diri. Sementara, tak ada satu kitab pun  yang diterbitkannya untuk jadi rujukan ummat. Jauh sekali untuk berada di tangga ulama sekalipun anak tangga yang pertama dari ratusan anak tangga. Sedangkan kitab Dr. Yusuf Al-Qaradhawi memenuhi kutubkhanah seluruh dunia. 

Orang itu hidupnya tidak memberi manfaat dan matinya tidak akan diingat. Dia hanya anjing menyalak bukit. Ulama seperti Dr. Yusuf Al-Qaradhawi telah menjadi bukit dalam dunia ilmu. Penyalaknya tidak akan memberikan apa-apa kesan, Hanya kasihanlah buat sang penyalak. 

Agama tidak memetik jasa Tok Guru jadian itu sekelumit pun. 


No comments: